Minggu, 18 November 2012

Asal Nulis

Selamat sore, kawan-kawan blogger ? gimana aktivitas di weekend kali ini ? Apakah semuanya lancar ? Alhamdulillah deh kalo lancar, bagi yang ngga lancar, coba lagi lain kali, kali aja lancar. Hehehe :) . Okey, mengawali Minggu sore ini, perasaan gue lagi seneng-seneng nya. Karena gue baru aja abis bangun tidur di Kasur Rumah gue. Iya lah bro, gue baru aja pulang dari Ibu Kota kembali ke kampung Halaman untuk bertemu keluarga ( nangis haru ). Hehee. Apa sih yang bakalan gue bahas di Minggu Sore ini ? Sebenernya gue gak mau bahas apa-apa sih di Minggu sore yang cerah ini. Karena, kalian pasti sibuk weekend ama pacar dan gak bakalan sempet buka blog gue. Hahaa :D , bcandaa bro.


Oia, gue teringat tentang satu minggu berada di kampus yang penuh sesak dengan segala rutinitas dan aktivitasnya. Dari Senin ampe Sabtu atau malah pernah gue ngerasain dari Hari Senin ke Hari Senin lagi. Gilak, rasanya itu ga banget deh. Mungkin para kampusers atau mahasiswa bakalan  merayakan dengan bersenang-bersenang dengan cara week end seperti saat ini. Yaahh, mau gimana lagi, kalo gak weekend mungkin bisa dengan cara bolos satu matkul aja. Klo yang gue sebutin barusan jangan ditiru yahh.

Kehidupan kampus, ternyata lebih kejam daripada yang pernah gue bayangin bro. Pahit manisnya kehidupan itu semua berasal dari yang namanya kampus. Kampus yang dulu nya gue kira sebagai ajang pencarian jati diri malah berubah menjadi ajang untuk siapa cepat mengcopas suatu Artikel dari blog, maka akan amanlah hidupnya di kampus. Ini mungkin disebabkan karena mahasiswa tidak tahu harus kemana mencari bahan atau buku-buku lama yang telah usang. Tapi tetep aja, perbuatan mengcopas itu adalah perbuatan yang ga baik. Gue juga kena imbas dari yang namanya copas tersebut.

Bayangkan, dalam satu hari ada 3 mata kuliah yang bobot SKS nya itu 2. Rata-rata kalo ga salah satu hari itu ada aja tugas yang diberikan kepada mahasiswa untuk dikerjakan dalam waktu satu minggu. Kebanyakan, mahasiswa sekarang ogah yang namanya buat tugas (bener gak ?) ayo ngaku ayo ngaku. Tapi ngga semua sih seperti itu, ada beberapa juga yang tetep rajin buat tugas ( termasuk gue :D ) . dalam dunia perkuliahan, KATANYA harus mementingkan tanggung jawab dan kejujuran yang tinggi. Karena itu merupakan kunci dasar untuk menjadi mahasiswa yang sejati. Tapi itu mah, masih dalam bentuk KATANYA. Bahkan ada yang gue liat cuman, kuliah beberapa kali, terus di absenin temennya dia dapet nilai A. Bagus kali itu. Ku tengok tengok kanan kiri, tetap saja orang itu. Aku pun mau kalo sistem kampus seperti itu. Btw, kenapa bahasa gue jadi ngomong batak yah ?

Banyak sekali terjadi di dunia perkuliahan itu rasa ketidaknyamanan dan rasa ketidakadilan dari dalam kampus itu sendiri. Malah kalo gue ngebandingin dengan anak-anak SMA masih bagusan suasana anak SMA deh. Karena gue tau dan pernah mengalami sendiri bagaimana hidup dan rasanya menjadi anak SMA yang unyu-unyu. Becandaa bro. Di SMA itu, diliat dari kesehariannya, dan diliat dari keaktifannya dalam menjawab problem di kelas yang telah di berikan oleh gurunya. Lho, bukannya kulaih juga gitu Bang ? Iye, gue tau bro, sebentar dulu. Ini hasil pemikiran gue sendiri ya. Kalo umpanya salah mohon koreksinya. Jadi kalo di Sekolah Menengah Atas itu ngga Cuma berdasarkan praktik, melainkan juga dilihat dari tata cara berpakaian yang mempnegaruhi nilai-nilai sosial. Hal ini yang ga ada di bangku kuliah. Terlebih lagi, ga semua dosen yang menilai dengan cara yang baik dan benar. Masih banyak kok dosen yang ngga professional menurut gue.

Seperti contoh kasus temen gue. Pada saat dia dikelas dia itu adalah mahasiswa yang paling cerewet yang saya temui. Di kelas, dialah rajanya berargumen. Hingga Dosennya ngomong seperti ini, “kotak untuk penilaianmu uda habis karena kamu sudah terlalu aktif dalam diskusi. Kamu bakalan daper A. Dapet A.” Itu yang dikatakan oleh dosen yang bersangkutan. Tapi apa daya, hasil yang ga dinyana-nyana dan yang gak disangka-sangka temen gue malah mendapatkan nilai C. Ajigilee, dimana nih yang katanya udah rajin angkat tangan dan menyampaikan argumennya, kok malah diberi nilai yang gak sesuai ? Keadilan jadi gak jelas di suatu kampus yang akreditasinya A. Bayangkan, jika seluruh dosen seperti itu. Kan gak etis juga kawan. Mungkin perlu adanya aturan yang jelas yang mengikat dosen untuk menyesuaikan apa yang telah di perbicarakannya dengan kondisi realita yang sesuai. Gue harap, kedepannya ada perubahan yang terjadi untuk sistem pembelajaran di Indonesia ini. Berharap banget dah.

Makanya, gue membandingkan dengan pengalaman gue di SMA. Di SMA, kalo uda yang namanya angkat tangan, pasti bakalan dapet nilai bagus. Dan nilainya itu tetap bagus hingga waktu terakhir gue  menyelesaikan UAS-nya. Namun, tidak seperti hal nya ketika UN. Malah temen-temen gue yang gak pernah keliatan dikelas yang dapetin nilai bagus. Yang juara 3 kelas pun kalah nilai UN nya ama yang diem pasif gitu. Hmm, kalo dipikir-pikir sih, aneh juga ya. Apakah itu “fenomena Roda terus Berputar” ?

kita nggak pernah tahu yang bakalan tejadi. Tapi kalo kita uda mengusahakannya dengan cara yang baik dan benar namun hasilnya tetap nihil, percayalah kamu sudah melakukan yang tebaik. Walaupun dalam hati pasti ngga puas dengan apa yang telah kalian lakuin dan lalui. Hmm, sampai saat ini gue masih menunggu terobosan untuk mendapatkan nilai yang sesuai dengan apa yang gue harapkan. Tapi entah sampai kapan gue harus menunggu dan itu masih menjadi tanda besar di benak gue sendiri.

Btw, itu aja sih yang gue bisa share kepada kalian. Kurang lebih nya gue mohon maaf. Have a nice week end. See yaa.

0 komentar:

Posting Komentar